Bagi rekan
rekan dimanapun berada, adakah rencana jalan jalan ke Kota Bandung ?
Ya, memang
setiap akhir pekan banyak wisatawan luar kota Bandung berbondong bondong menuju
Bandung. Berbagai tujuan para wisatawan ini hadir dikota Bandung. Ada yang cuma
sekedar melepas lelah setelah sibuk berurusan dengan segala aktifitas yang
melelahkan atau sekedar ingin menikmati kuliner yang beraneka ragam ada di kota
ini.
Nah, selain
Anda menikmati keindahan kota dan wisata kuliner di Bandung, ada baiknya Anda
menyempatkan diri ke ruas jalan Asia Afrika. Kenapa.. Karena sepanjang jalan
ini penuh dengan bangunan bangunan cagar budaya, bangunan bangunan tua bersejarah
peninggalan masa kolonial Belanda yang hingga sekarang bangunan masih utuh
sesuai aslinya dan masih digunakan.
Apa saja yang
ada di jalan Asia Afrika? Baiklah, mari
kita jalan jalan kesana.
Jalan Asia
Afrika.
Grand Hotel
Preanger
Masih berada
di sudut antara jalan Asia Afrika dengan jalan Tamblong terdapat Grand Hotel Preangaer
, yaitu sebuah hotel berbintang 5 peninggalan jaman kolonial Belanda yang masih
melayani tamu hingga sekarang. Hotel tersebut awalnya merupakan merupakan toko,
tetapi pada tahun 1897 seorang Belanda
bernama W.H.C. Van Deeterkom toko itu diubah menjadi penginapan bernama Hotel
Preanger. Selanjutnya pada tahun 1920 berubah nama menjadi Grand Hotel Preanger
sampai sekarang. Pada tahun 1955 hotel ini merupakan salah satu tempat menginap
para tamu delegasi Konfrensi Asia Afrika karena letaknya tidak jauh dari Gedung
Merdeka sebagai tempat diselenggarakan sidang Koferensi Asia Afrika tanggal 18 - 24 april 1955.
Kantor Dinas
Bina Marga
Tepat
bersebelahan dengan Grand Hotel Preanger kearah barat, pandangan tertuju pada
sebuah monumen unik yang terpajang dihalaman gedung. Sebuah Stoom Walls tua atau
mesin penggiling jalan terpajang didepan kantor Dinas Bina Marga Provinsi Jawa
Barat. Mesin ini masih menggunakan teknologi mesin uap dengan penggunaan kayu
bakar sebagai bahan bakar untuk menggerakan mesin tersebut. Terletak persis
dengan monument tersebut, terdapat patok KM 0 Kota Bandung. KM 0 merupakan
titik awal penghitungan jarak dari kota Bandung menuju kota kota lainnya.
Gedung Harian
Umum Pikiran Rakyat
Harian Umum Pikiran Rakyat merupakan Koran daerah paling
terkenal di Jawa Barat. Gedung Harian Umum Pikiran Rakya berdiri sejak masa pemerintahan Belanda.. Gedung
rancangan C.P. Wolff Schoemaker ini
dibangun tahun 1920 dengan gaya arsitektur
Neo Klasik yang terlihat dari bentuk atap
berperisai (Helm Roof). Mulanya gedung ini
digunakan sebagai kantor de Kock, Sparkes & Co pada tahun 1920-an. Sekitar sepuluh tahun kemudian menjadi kantor Autohandel Mascotte (1930-an) dan pada tahun 1950-an ditempati Mascotte Trading Co. Baru pada tahun 1971, bangunan ini dimiliki PT Pikiran Rakyat Bandung. Pada bangunan
sebelahnya, terdapat sebuah monumen mesin cetak kuno pada halaman depan gedung
tersebut. Dahulu gedung sebelahnya ini merupakan gedung milik PT Garuda Indonesia Airways,
kemudian sejak tahun 2004 dimiliki oleh PT Pikiran Rakyat
Hotel Savoy
Homann
Diseberang
gedung HU Pikiran Rakyat, terdapat sebuah bangunan unik melengkung membentuk
huruf J dengan prasasti Dasasila Bandung pada bagian depan hotel. Hotel Savoy
Homann, yaitu salah satu hotel berbintang 4 peninggalan jaman Belanda milik
keluarga Homann. Bangunan dirancang tahun 1939, dengan desain gelombang
samudera bergaya art deco karya Albert Aalbers. Seperti Grand Hotel Preanger,
tahun 1955 hotel inipun digunakan untuk menginap para tamu penting delegasi
peserta Konfrensi Asia Afrika,
diantaranya adalah Ir Soekarno, Ho Chi Minh dan Tito. Dikabarkan bintang film Charlie Chaplin juga sempat menginap di hotel ini.
Gedung Kimia
Farma
Bersebelahan dengan gedung HU Pikiran Rakyat terdapat sebuah apotek yang bergaya tempo dulu dan belum banyak mengalami perubahan. Bangunan ini masih dipertahankan seperti jaman dahulu.
Gedung De Vries
Museum Asia
Afrika
Di sudut
jalan Braga, berhadapan dengan gedung De Vries terdapat
sebuah bangunan Museum Konferensi Asia Afrika. Dalam gedung ini terdapat
dokumen dokumen penting, naskah, foto foto, peralatan yang digunakan dalam
sidang konferensi Asia Afrika serta diorama yang menggambarkan saat konferensi
Asia Afrika diselenggarakan pada tahun 1955. Gedung ini awalnya bersatu dengan
gedung disebelahnya yaitu Gedung Merdeka. Tetapi bagian timur dari gedung ini
digunakan sebagai Museum Konferensi Asia Afrika yang diresmikan oleh Presiden
Soeharto tahun 1980 bertepatan dengan peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke 25.
Dibuatnya museum ini atas prakarsa menteri luar negeri Prof. Mochtar Kusumaatmaja
yang sering mendapat usulan dari Negara Negara peserta konferensi Asia Afrika..
Gedung
Merdeka
Gedung
Merdeka merupakan gedung utama yang digunakan sidang Koferensi Asia Afrika tanggal 18
– 24 april 1955 yang diikuti oleh 29 kepala negara dari benua Asia dan Afrika.
Konferensi Asia Afrika menghasilkan perumusan yang dikenal dengan Dasasila Bandung yaitu 10 butir kesepakatan
kerjasama dalam bidang ekonomi, perdamaian dan kebudayaan serta melawan
kolonialisme. Gedung ini awalnya bernama Societiet Concordia, yaitu tempat
berkumpulnya orang perkebunan dan orang orang kaya bangsa Belanda. Jaman jepang
gedung ini bernama Dai Toa Kaman fungsinya sebagai tempat pusat kebudayaan. Pada
tahun 1945 digunakan sebagai markas pemuda Indonesia. Tahun 1946 – 1950
digunakan sebagai gedung pertemuan umum. Menjelang dilaksanakan Konferensi Asia
Afrika, gedung dipugar dan berganti nama menjadi Gedung Merdeka tahun 1955 atas
prakarsa presiden Soekarno. Gedung ini dirancang tahun 1921 oleh arsitek ternama saat itu Van Galen
Last dan C.P. Wolff Schoemaker.
Gedung PLN
Gedung PLN
terletak disamping sungai Cikapundung. Di area gedung ini terdapat sebuah sumur
yang diyakini ada hubungannya dengan lahirnya kota Bandung yaitu Sumur Bandung.
Sumur tersebut dihormati dalam segi budaya dan adat masyarakat sekitar. Konon
sumur tersebut berasal dari keluarnya air saat R.A.A Wiranatakusumah
menancapkan tongkatnya didekat sungai Cikapundung. Gedung PLN di rancang oleh arsitek Belanda terkenal
C.P. Wolff Schoemaker pada tahun 1933 dan di resmikan tahun 1939 sebagai kantor
N.V. Gebeo, yaitu sebuah perusahaan listrik Belanda. Selanjutnya diteruskan menjadi
kantor P.T. Perusahaan Listrik Negara (persero) .
Gedung
Nedhandel NV
Yang pernah
saya tahu, gedung ini dulu adalah gedung Bank Expor Impor (Bank Exim). Sekarang
gedung tersebut digunakan Bank Mandiri. Bank Mandiri merupakan merger atau
penggabungan dari Bank Bumi Daya, Bank Expor Impor, Bank Dagang Negara dan Bank
Bapindo. Gedung ini dirancang tahun 1912 oleh arsitek Hulswit Vermen dan Edward
Cuypers. Awalnya gedung ini digunakan sebagai kantor Nederlandche Handel
Maatchappij NV, selanjutnya tahun 1960 diambil alih Indonesia dan menjadi Bank
Expor Impor. Dan sejak tahun 1998 digunakan sebagai Bank Mandiri yang merupakan
gabungan dari empat buah bank diatas.
Gedung
Jiwasraya
Dari gedung Nedhandel
berjalan ke barat lagi melewati gedung modern Bank BRI, Anda akan bertemu kembali
dengan gedung tua. Gedung Jiwasraya yang dibangun tahun 1914 oleh arsitek Ir
Sauyft dan Ir F.L. Wiemans. Awalnya merupakan gedung perusahaan asuransi
Belanda NILLMIJ, Nederlanche Indische Levens Verzekering en Lijfren
Maatchaappij. Sejak tahun 1960, gedung diambil alih pemerintah Indonesia dan
selanjutnya digunakan oleh perusahaan asuransi Jiwasraya.
Gedung Bank Mandiri
Pernah saya tahu gedung dengan menara jam yg terletak di sudut jalan Banceuy dengan jalan Asia Afrika ini merupakan gedung Bank Dagang Negara. Awalnya gedung digunakan oleh NIEM, Nederlandche Indische Escompto Maatschaappij atau dikenal dengan Bank Escompto yang beroperasi pada tahun 1857 hingga tahun 1958. Selanjutnya tahun 1960 berganti menjadi Bank Dagang Negara. Sejak tahun 1999 digunakan sebagai Bank Mandiri. Bank Mandiri merupakan gabungan dari Bank Dagang Negara, Bank Expor Impor, Bank Bumi Daya, Bank Bapindo.
Kantor Pos Besar
Sebuah
bangunan dengan desain Art Deco Geometrik berdiri di jalan Asia Afrika
bersebelahan dengan Bank Mandiri namun terpisahkan oleh jalan Banceuy. Dahulu
di sebut Posten Kantoor atau Kantor Pos dan Telegrap. Gedung ini dibangun dari
tahun 1928 hingga 1931, dan didesain oleh arsitek J. Van Gent. Sampai saat ini
gedung masih berfungsi melayani masyarakat dalam pengiriman surat dan barang.
Gedung Swarha
Berhadapan
dengan Gedung Kantor Pos dan Bank Mandiri, atau tepatnya adalah bersebelahan
dengan Masjid Raya Bandung, terdapat gedung Swarha. Dahulu bernama gedung
Swarha Islamic. Gedung ini pada tahun 1955 merupakan hotel tempat menginap para
tamu jurnalis negara negara peliput konferensi Asia Afrika. Gedung ini menjadi
pilihan karena letaknya bersebelahan dengan kantor pos, sehingga para jurnalis
dapat dengan segera mengirim beritanya kepada kantor kantor media mereka
melalui kantor pos ini. Jika dilihat dari bentuk bangunan yang unik dan
melengkung, sudah bisa ditebak bahwa perancang gedung ini adalah seorang
arsitek Belanda terkenal yaitu C.P. Wolff Schoemaker. Gedung dibangun tahun
1930 - 1935. Sekarang gedung tersebut hanya lantai dasar saja yang digunakan
sebagai toko kain, sementara lantai dua keatas tidak difungsikan apa apa alias
kosong.
Alun alun
Setelah jalan
jalan menyusuri jalan Asia Afrika, kini saatnya melepas lelah di Alun alun.
Anda bisa duduk duduk dibangku bagian timur atau bagian selatan dibawah
rindangnya pepohonan yang ada. Atau Anda dapat bermain diarea rumput yg hijau.
Eh, rumputnya bukan beneran lho, tapi rumput sintetis. Dahulu alun alun dengan
Masjid Raya Bandung (dahulu namanya Masjid Agung Bandung), terpisahkan oleh
ruas jalan. Kini jalan tersebut sudah tidak ada dan Masjid bersatu dengan alun
alun. Alun alun yang sekarang merupakan hasil renovasi diakhir tahun 2014. Terdapat menara kembar Masjid Raya Bandung yang dibuka untuk umum di alun alun ini, dan Anda dapat menikmati indahnya pemandangan kota Bandung dari ketinggian sekitar 80 m dari menara tersebut.
Masjid Raya Bandung
Nah setelah
merasa sejuk, sempatkanlah melaksanakan shalat 5 waktu di Masjid Raya Bandung.
Masjid Raya Bandung Propinsi Jawa Barat dahulu bernama Masjid Agung Bandung.
Awal dibangun bersamaan dengan terbentuknya kota Bandung. Sejak pertama
dibangun tahun 1812, Sejak masjid ini berdiri telah berulang kali dipugar,
kurang lebih sebanyak tujuh kali pemugaran. Menjenlang tahun 1955 masjid
mengalami perombakan besar, hal ini berkaitan dengan akan digunakannya masjid
oleh para tamu delegasi Konferensi Asia Afrika.
Bentuk bangunan terakhir yang kita lihat sekarang ini merupakan bentuk
hasil renovasi tahun 2001 yang selesia tahun 2003 selain itu alaun alun juga
mengalami penataan sehingga akhir penataan masjid dan alun alun, dinyatakan
selesai tahun 2006. Masjid Raya Bandung mempunyai menara kembar setinggi 81
meter dibekas jalan alun alun barat.
Pendopo
Jika Anda
tengah berada di alun alun untuk melepas lelah dan mengarahkan pandangan ke
sebelah selatan, Anda akan melihat sebuah benteng berlubang motif sisik ikan,
yang bentuknya dari dulu tidak berubah hingga saat ini, dengan gapura
bertuliskan BANDUNG JUARA pada pintu gerbangnya. Dibalik benteng tersebut
terdapat pendopo. Pendopo merupakan sebutan untuk rumah dinas bupati kabupaten
Bandung jaman dahulu. Sekarang adalah rumah dinas walikota Bandung. Pendopo didirikan
pada tahun 1850 oleh Bupati kabupaten Bandung, R.A. Wiranatakusumah IV (1794 -1829 ).
Bioskop Dian
Bersebelahan
dengan Pendopo Walikota Bandung terlihat sebuah bangunan tempo dulu. Bangunan
yang terletak di sudut alun alun ini sekarang berfungsi sebagai gedung kantor hukum. Dahulu gedung ini
merupakan gedung bioskop Dian, sebuah bioskop terkenal di Bandung, yang setia memutar film
film India. Warga Bandung yang ingin menyaksikan film India sudah pasti menuju
bioskop ini. Gedung ini dahulu bernama gedung bioskop Radiocity, dimiliki oleh
J.F.W. de Kort dan menayangkan film-film India. Radiocity beroperasi di tahun
1940an.
Belanja di jalan Dalem Kaum dan Pasar Baru
Setelah puas wisata jalan jalan menikmati bangunan tua di jalan Asia Afrika, sebelum meninggakan kota Bandung, Anda dapat
belanja oleh oleh bagi orang orang yang ditinggal, sebelum meninggalkan kota Bandung. Tempat belanja yang paforit dikunjungi adalah pertokoan di
jalan Dalem Kaum dan Pasar Baru Bandung. Jalan Dalem Kaum terletak di samping
Masjid Raya Bandung. Sedangkan Pasar Baru berada di jalan Oto Iskandardinata.
Untuk menuju Pasar Baru, dari Hotel Swarha berjalan ke barat hingga lampu merah
selanjutnya belok kanan. Tidak jauh dari situ Pasar Baru berada. Pasar Baru selalu
ramai dikunjungi para wisatawan dari berbagai daerah diluar Bandung termasuk
wisatawan manca negara, apa lagi disaat hari hari libur, lalu lintas depan Pasar
Baru selalu terjadi kepadatan karena pengunjung Pasar Baru membludak. Aneka
keperluan mulai dari fasion hingga makanan termasuk oleh oleh haji ada disini.