Sudah menjadi
kebiasaan pemerintah di negeri ini setiap menaikan harga BBM bersubsidi selalu
dibarengi dengan pemberian konpensasi kepada rakyat miskin. Kompensasi yang
diberikan berupa pemberian beras miskin dan pemberian santunan sebesar Rp
150.000 setiap bulan, melalui program BLSM Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat. Kalau dulu adalah BLT Bantuan Langsung Tunai.
Subsidi yang
diberikan pemerintah terhadap BBM memang sangatlah tidak tepat. Karena yang
menikmati justru orang orang kaya. Orang orang kaya dengan mobil mewah masih
meminta jatah subsidi dengan mengisi BBM jenis Premium. Bayangkan jika satu
keluarga mempunyai beberapa buah mobil, karena setiap anggota keluarganya
masing masing mempunyai satu mobil, berapa rupiah yang harus diberikan kepada
mereka dalam setiap bulannya kepada keluarga tersebut, sebab mereka belanja BBM
mungkin saja setia hari. Padahal sebenarnya mereka adalah orang orang yang
sudah lebih dari cukup. Jika besaran
subsidi yang diberikan pemerintah antara Rp 2000 hingga Rp 3000 perliter, maka
dapat Anda hitung sendiri jatah yang telah diraih satu keluarga tersebut dalam
setiap kali membeli BBM dikalikan jumlah mobil yang mereka miliki dikalikan
sebulan. Mereka mendapatkannya tanpa harus repot repot antri berdesak desakan
dan panas panasan, mereka menikmati jatah ini selamanya selama memiliki mobil.
Bandingkan
dengan kaum miskin yang hanya mendapatkan Rp 150000 sebulan dan hanya diberikan
selama 6 bulan saja. Itupun mereka ambil dengan perjuangan yang berat. Mereka
telah meluangkan waktu yang panjang, antri berdesak desakan serta panas dibawah
teriknya matahari, tidak seperti orang orang kaya di negeri ini. Sungguh suatu
pemandangan yang menyakitkan.
Selain
permasalahan subsidi yang salah sasaran, pemberian BLSMpun ternyata banyak yang
tidak tepat sasaran. Banyak orang orang yang benar benar miskin ternyata tidak
mendapatkan jatah, sementara ditemukan dilapangan banyak orang orang dari
keluarga cukup ikut mengantri dikantor pos, sebab mereka telah mendapatkan
kartu Kartu Perlindungan Sosial KPS yang mereka terima dari pos dan giro.
Pemandangan lainnya adalah timbulnya konflik horizontal. Ketua RT, ketua RW,
kepala Desa dan kepala Kelurahan dimaki maki
warganya yang tidak mendapatkan jatah BLSM, padahal para ketua tersebut tidak
tahu menahu masalah BLSM tersebut.
Lebih baik pemanfaatan
subsidi untuk pertanian.
Harga BBM
telah dinaikan berarti pemerintah telah memotong anggaran subsidi BBM tersebut.
Pengalihan subsidi BBM dapat digunakan untuk melakukan pembangunan, perbaikan
sarana dan pra sarana, mendukung sektor pendidikan, kesehatan, pertanian dan
lain lain.
Pemanfaatan
pengalihan subsidi BBM untuk pendidikan dan kesehatan telah kita dengar
meskipun belum sesuai dengan apa yang diharapankan. Sementara pada sektor
pertanian entah telah tersentuh atau tidak oleh pengalihan subsidi ini.
Ditahun tahun
terakhir ini kita sering dikeluhkan pada harga harga kebutuhan pokok yang tiba
tiba saja melambung tinggi serta tidak dapat dikejar lagi, masyarakat dibuat
kalang kabut dengan situasi demikian, kondisi semacam ini sudah dapat
dipastikan karena barang langka dipasaran. Mengapa demikian ? . Hukum pasar
berlaku jika barang banyak maka harga akan stabil, sebaliknya jika suplai barang
kepasar berkurang maka harga akan naik. Kelangkaan
barang dipasar dapat disebabkan berbagai faktor, namun yang sering terjadi
adalah kurangnya pasokan dari daerah sentra pertanian. Pasokan berkurang bisa
karena gangguan tranportasi, kekeringan, bencana banjir ataupun serangan hama
yang menyerang tanaman pertanian serta berkurangnya lahan pertanian akibat alih
fungsi menuju industrialisasi. Kaum petani sudah banyak yang tidak bersemangat
lagi mengolah lahan pertaniannya dan akhirnya menjualnya, sehingga beralihlah
fungsi lahan tersebut menjadi bangunan pabrik. Semangat ini luntur sebab para
petani tidak mendapat banyak keuntungan dari bercocok tanam, mereka kesulitan
membeli bibit tanaman karena mahal, sulit dan mahalnya pupuk meskipun saat ini
pupuk telah disubsidi pemerintah namun kenyataannya pupuk sulit didapat
dipasaran karena adanya praktek penyelundupan. Belum lagi harga obat obatan
pengendali hama yang tidak murah lagi. Irigasi yang burukpun turut berperan
dalam memperburuk keadaan. Hal ini
menimbulkan rasa frustasi yang selanjutnya lahan pertanianpun beralih fungsi
karena dijual. Jika sudah demikian kelangkaan bahan makanan sudah dapat
dipastikan terjadi. Dimana terdapat gangguan pada produksi pertanian maka
barang menjadi mahal.
Mungkin alangkah
lebih baiknya jika pengalihan subsidi BBM ditujukan kepada para petani dari
pada kepada orang orang kaya. Para petanipun adalah sama warga Negara dan
berhak mendapatkan jatah subsidi dari pemerintah. Bisa saja petani diberikan
bibit gratis, pupuk dan obat obatan gratis toh tidak setiap hari akan mereka
dapatkan. Selain itu dibuatkan / diperbaiki sarana dan pra sarana pendukungnya
seperti irigasi dan lain lain. Kita berharap dengan memberi perhatian lebih kepada
para petani, mereka akan lebih bersemangat dalam mengelola pertaniannya. Para
petani adalah orang orang yang paling berjasa bagi seluruh umat manusia sebab
tanpa mereka semua orang tidak akan hidup. Jadi sudah selayaknya mereka
dapatkan. Dengan memberikan perhatian lebih di sektor pertanian ini kita
berharap dapat merangsang pemuda pemuda desa dapat terjun kepertanian dan tidak
lagi ramai ramai urban ke kota untuk mencari pekerjaan.
Pengalihan subsidi BBM pada sektor pertanian dirasakan lebih bermanfaat bagi seluruh warga
Negara dari pada diberikan dalam bentuk BLSM yang dalam pemberiannya banyak menimbulkan
masalah baru. Semoga pemerintah dapat mewujudkannya sehingga kita tidak lagi
terdengar adanya harga kebutuhan bahan pokok yang tidak stabil dengan harga selangit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar