13 Februari 2013

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas


Dahulu pada saat melakukan kerja selama kurang dari sebulan di daerah  Plered Kabupaten Cirebon saya melihat barisan kerbau yang akan akan di gembalakan pada suatu tanah lapang. Kerbau kerbau tersebut berjumlah sangat banyak sampai sampai waktu saya hitung ternyata sulit untuk menghitungnya, tetapi kata sang penggembala berjumlah lebih dari 150 ekor.
Wah banyak sekali bagaimana dikandangnya. Saya sempat berpikir, dari kerbau sebanyak itu berapa kwintal dalam sehari kotoran kerbau dapat dihasilkan. Sebab meski hanya kotoran ternak jika hanya dibuang berarti tidak mempunyai nilai manfaat. Kotoran kerbau atau ternak lainnya sebenarnya dapat diolah sehingga mempunyai nilai manfaat bagi diri sendiri maupun masyarakat sekitar.
Kotoran ternak dapat menghasilkan sumber energi baru berupa biogas yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti menyalakan kompor gas dan menghidupkan mesin penggerak. Dengan adanya biogas seorang ibu rumah tangga dapat memasak dengan menggunakan kompor gas berbahan bakar biogas sebagai pengganti dari bahan bakar elpiji, berarti dapat energi gratis. Penggunaan biogas lainnya dapat menghidupkan mesin penggerak, baik pada mesin bensin maupun mesin diesel.
Penggunaan biogas sebagai pembangkit listrik pernah dilakukan penelitian oleh LIPI. Pada penelitiannya LIPI menyebutkan kebutuhan biogas sebesar 0,03 meter kubik untuk menghasilkan listrik sebesar 1Kw/jam. Pada percobaan bioelektrik ini, LIPI menggunakan generator berbahan bakar bensin yang ada dipasaran. Mesin tidak mengalami modifikasi apapun, yang diperlukan hanya menambah aerator. Aerator diperlukan untuk menambah tekanan biogas sebelum masuk ke ruang bakar. Generator berbahan bakar bensin mempunyai kapasitas yang terbatas yaitu sekitar 700 sampai 2000 watt.
Untuk mendapatkan listrik yang lebih besar digunakan mesin diesel berbahan bakar solar, mesin ini mampu menghasilkan listrik hingga 10000 watt. Mesin yang diuji tidak mengalami modifikasi apa apa. Mesin diesel ini mampu bekerja dengan baik menggunakan bahan bakar biogas, meskipun bahan bakar solar juga masih digunakan. Ya sebab pada mesin diesel, proses pembakaran bahan bakar tidak dipicu oleh pemantik api berupa busi seperti pada mesin bensin, pembakaran bahan bakar dihasilkan dari hasil kompresi udara kemudian disuntik solar melalui nozzle. Jadi pada mesin diesel berbahan bakar biogas, solar masih diperlukan, disini solar bertindak sebagai trigger pembakaran.
Desain yang dilakukan LIPI perbandingan antara biogas dan solar adalah 30 solar dan 70 biogas. Atau biogas yang disuntikan mempunyai kecepatan aliran sebesar 20 liter permenit atau sekitar 1,2 meter kubik tiap jam. Dari pengujian didapatkan penggunaan solar turun dari 8 liter menjadi 3-4 liter untuk menjalankan mesin generator selama 8 jam tanpa henti. Pemakaian solar turun dari rata rata 1 liter perjam menjadi hanya 0,4 liter perjam.
Modifikasi  mesin diesel dengan bahan bakar biogas sangat mudah, cukup menambahkan pipa kecil yang ditusukan pada saluran hisap yang nantinya berfungsi sebagai nozzle. Gas akan keluar melalui nozzle ini dan bercampur dengan udara membentuk perbandingan tertentu yang selanjutnya dihisap oleh piston ke ruang bakar, setelah terjadi kompresi pada campuran udara dan biogas selanjutnya solar disuntikan sehingga solar membakar campuran tadi maka timbulah tenaga.
Sebelum mengoperasikan mesin ini, sebelumnya biogas diatur terlebih dahulu dengan kecepatan aliran kira kira 20 liter permenit. Setelah didapatkan nilai tersebut lalu mesin dapat di start. Asap yang keluar berwarna putih tipis tidak hitam dan tidak ada jelaga seperti pada mesin diesel umumnya.
Mesin diesel dual fuel dapat menjadi alternatif pada daerah daerah terpencil  yang belum terdapat aliran listrik PLN serta sulit mendapatkan bahan bakar dan tentunya merupakan daerah peternakan, atau sebagai sumber energi bagi kegiatan usaha di daerah peternakan. 
Ada sebuah pesantren di Jawa Barat (sudah lupa namanya karena melihat di TV) yang mengelola sapi dalam jumlah besar, dari sini dapat dihasilkan biogas sebagai sumber listrik bagi seluruh kegiatan di pesantren tersebut sehingga yang dahulu berlangganan listrik PLN, kini tidak lagi berlangganan karena sudah dapat terpenuhi sendiri untuk kebutuhan listriknya.

Tidak ada komentar: