Tulisan ini saya buat dalam
rangka mengenang kembali masa lalu dalam menggeluti hobi utak atik elektronika
dan hobi brik brikan sekitar seperempat abad yang lalu. Tulisan inipun saya
tujukan bagi rekan rekan alumni AM 100 M (AM seratus meter) sebagai bagian dari
pelaku sejarah pada komunitas breaker 100 M, supaya dapat mengenang kembali
masa lalu sambil senyum senyum. Selain itu tulisan ini juga ditujukan untuk anda
yang tidak mengalaminya sehingga dari tulisan ini dapat mengetahui kehidupan di
dunia “chating” jaman dahulu. Ya jaman dahulu tidak ada HP, tidak ada modem
yang ada radio transceiver (transmitter receiver) sebagai alat komunikasi.
Entah kapan
dimulainya, Dahulu sekitar era 70an hingga 80an terbentuk suatu komunitas “jejaring
sosial”, media pertemanan yang berbasiskan teknologi radio pemancar AM 100 meter. Namanya komunitas Breaker 100 Meter. Rekan
rekan breaker biasa menyebut Breaker
Cepe Meter. Karena mereka melakukan aktifitas jaringan sosial pertemanan melalui
frekuensi radio 3 MHz atau pada gelombang radio 100 meter band, mode AM.
Komunitas tersebut merupakan salah satu dari beberapa komunitas berbasis radio
lainnya seperti perkumpulan 2 M, perkumpulan 11 M, 80 M atau yang lainnya.
Perkumpulan
11 M bekerja pada frekuensi radio 27 MHz dibawah naungan RAPI Radio Antar
Penduduk Indonesia, dengan pesawat tranceiver yang biasa di sebut CB (Citizen
Band). Sedangkan 2 M dan 80 M berada dalam pengawasan Organisasi
Radio Amatir Republik Indonesia ORARI. 2 M bekerja pada frekuensi 144 MHz
sedangkan 80 M bekerja pada frekuensi 3,5 MHz. Call signnya dari para anggota
ORARI seperti YD 1 ABC, YC 3 XYZ dan lain lain. Dimana kode YD, YC, YB
merupakan tingkat kecakapan seorang radio amatir di ORARI. Kode YD merupakan
kode tingkat kecakapan terendah seorang radio amatir sedangkan YB adalah yang
tertinggi. Kode angka yang berada dibelakang kode YA, YC atau YB seperti 0, 1,
2 dan seterusnya, merupakan kode wilayah radio amatir di Indonesia. Jadi dengan
melihat kode angka yang ada pada call sign seseorang, dapat diketahui dari mana
seorang amatir radio tersebut berasal.
Nah bagaimana
dengan komunitas breaker 100 Meter.
Memang secara
umum masyarakat kurang begitu mengenal komunikasi band 100 Meter ini, yang
mereka tahu hanyalah CB. Padahal CB dengan pesawat 100 M berbeda, meskipun sama
sama sebagai alat untuk “ngebrik”. Breaker 100 M bekerja pada frekuensi 3
MHz bersebelahan dengan kanal 80 Meter
sebagai kanal resmi radio amatir yang telah di tetapkan secara internasional.
Sedangkan CB bekerja pada jalur 11 M.
Breaker AM
100 M atau biasa para anggota komunitas menyebutnya dengan breaker Cepe Meter boleh dikatakan sebagai amatir bodong, sebab
frekuensi 3 MHz yang mereka gunakan sebenarnya tidak dialokasikan untuk kegiatan radio amatir,
tetapi oleh mereka kerap digunakan sebagai band amatir. Breaker cepe meter
tidak mengantongi ijin apapun dan dari pihak manapun, mungkin satu satunya ijin
yang mereka miliki adalah ijin dari tetangga untuk menitipkan tiang bambu
sebagai penyangga antene mereka. Breaker cepe meter mempunyai antene yang
panjangnya mencapai sekitar 40 sampai 47 meter. Jadi kawat sepanjang itu harus dibentangkan
dari rumah sendiri sampai rumah tetangga. Sehingga breaker cepe meter, sulit
untuk menyembunyikan antenenya, jika
pada suatu saat terdapat razia / sweeping. Biasanya sweeping dilakukan
pada saat saat tertentu seperti pemilu, sidang umum MPR dan lain lian. Pada masa masa seperti itu biasanya kegiatan peradioan
harus turun.
Di Bandung
kegiatan ini terbagi dalam lokal lokal: Lokal Utara Bandung, Timur Bandung,
Selatan Bandung dan Barat Bandung. Di Lokal Barat Bandung ada tokoh Kang Uce
dengan panggilan (QRA) Romeo 79 sebagai komandan di lokal tersebut.
Komunitas
breaker AM 100 meter ini terdiri dari berbagai kalangan dan profesi, mulai anak
SMP hingga orang tua, mulai pengangguran hingga PNS. Bahkan gadis dan ibu rumah tanggapun hadir
diantara mereka.
Pada umumnya
para breaker tidak mengetahui nama asli mereka, yang mereka kenal adalah QRA
atau nama panggilan di udara ,sebagai nama "artis" mereka pada komunitas tersebut, seperti: Undur Undur,
Ondel Ondel Zig Zag, Entog Mulang atau yang di ambil dari sandi alfabet seperti
Alfa Golf, Bravo Indian Jibreg dan sebagainya. Terkesan nama nama tersebut
mereka buat sekehendak hati, namun lucu juga jadinya. Sehingga bila memanggil
seseorang didarat menjadi si Entog, si Macan, si Enday dan sebagainya. Kehidupan dalam komunitas ini
tidak memandang status, ras, agama atau golongan serta suku. Keanggotaan di
komunitas ini tidak dilakukan secara formal seperti mendaftarkan diri pada sang
ketua lokal, melainkan asal seseorang mempunyai pemancar (TX) atau seseorang
yang sering operating di jalur 100 M meski tak memiliki TX sendiri, secara
otomatis mereka tergabung pada komunitas ini.
Untuk dapat
ber QSO (ngobrol di udara) breaker harus menyamakan frekuensi pemancarnya
terlebih dahulu dengan rekan rekan yang telah on air duluan. Proses menyamakan frekwensi pemancar hingga sama
frekuensinya (Zero Beat) dengan lawan bicara mempunyai teknik sendiri dan hanya
mengandalkan filling saja dengan cara memutar varco tuning pada pemancar. Berbeda
dengan pesawat 2M dan 11M asal sudah terdengar orang ber QSO maka tinggal “Brik”.
Pemancar rakitan sendiri.
Berbeda
dengan breaker 2 M dan 11 M yang memakai transceiver (transmitter receiver) standar
buatan pabrik, para breaker cepe meter
seluruhnya menggunakan pemancar AM 100 M hasil rakitan sendiri
atau dirakitkan oleh seorang breaker yang biasa merakit pesawat. Sementara
untuk mendengarkan lawan bicara harus memakai penerima atau receiver (RX)
pesawat radio gelombang SW1 yang umumnya telah dimiliki sebelumnya sebagai
radio hiburan di band MW. Pemancar yang dirakit ada yang menggunakan transistor
(biasa disebut tanjidor), atau memakai tabung. Pemancar tabung teknologi kuno
ini umumnya memiliki daya pancar yang lebih besar dibanding pemancar transistor.
Bermain di cepe meter mempunyai
seni tersendiri,
banyak para perakit
seolah berlomba untuk membuat pesawatnya paling keren baik signal maupun
modulasi. Jika sinyal masih tertimpa sama breaker lain, maka saat itu juga pesawat dijungkir balikan untuk
diutak atik lagi supaya hasilnya paling besar. Trik ini jarang ditemui pada
jalur 2M dan 11M yang pesawatnya telah dicetak oleh
pabrik dengan rangkaian lebih rumit, sehingga agak sulit untuk di utak atik
(meskipun ada 1 atau 2 orang yang bereksperimen pada band tersebut) . Memang di cepe meter penuh dengan
dunia eksperimen. Bagi mereka yang sering berburu YL (wanita)
kwalitas modulasi menjadi perhatian sendiri, supaya terkesan gagah berwibawa.
Ada hal yang lucu, beberapa perakit pesawat sering kali dimita
merakitkan pesawat milik breaker lain. Berhari hari merakit pesawat hingga larut
malam
bahkan sampai pagi, namun
meskipun tak diberi upah
yang penting dijamin makan sama rokoknya mereka rela mengerjakannya. Bukan
perbudakan lho. He.. He.. He.,
Saat itu ada nama nama beken yang biasa membuat pemancar tabung AM 100 M seperti: Kang Pandi, Kang Uin, Kang
Wawan Ajum, Kang Dadan serta masih banyak lagi. Sementara yang sering merakit
pemancar transistor ada Papa Romi dari gunung Lagadar, ada Mang Yono,
dan lain lain. Aduh udah
pada lupa tu.
Tidak pernah itung
itungan.
Yang berkesan dalam kehidupan breaker adalah mereka tidak
pernah menghitung untung rugi dengan sesama breaker. Dalam mencari komponen
untuk keperluan pemancar, para breaker biasa berburu komponen ke pasar Cikapundung
atau ke pasar loak
Jatayu. Pasar loak Jatayu sangat dikenal oleh para breaker baik dari dalam kota maupun luar kota Bandung.
Namun ada kalanya breaker menemui kesulitan dalam mencarinya komponen
yang dibutuhkannya, maklum komponen untuk pemancar tabung agak sulit dicari
karena teknologinya mulai ditinggalkan orang, untuk itu biasanya mencari pada
rekan rekan breaker dan melakukan
barter dengan sesama breaker, namun sering juga para breaker tak segan segan
meminta komponen yang dibutuhkannya pada breaker lain, dan yang dimintapun dengan
rela memberikan barang yang diminta rekannya. Siapa yang
suka ngundeur. Ngaku…
Melatih kreatifitas.
Anak anak breaker
memang kreatif, dalam merakit pemancar awalnya merakit sesuai dengan skema yang
ada, namun selanjutnya mereka melakukan berbagai eksperimen dengan merubah data
data pada skema supaya hasilnya lebih bagus. Selain itu Modulastor yang umum
digunakan pada saat itu adalah model IC STK, ada STK 015, STK 025, STK 050 dan
sebagainya. Ada kalanya IC tersebut rusak atau jebol. Ditangan breaker kreatif,
IC yang sudah jebol ini di bobok dan
dicangkokan transistor power pada IC tersebut, hasilnya IC menjadi bernyawa
kembali. Ayo siapa yang pake modulator
STK jebol. Ngacung.
Banyak para breaker yang awalnya hanya bisa ngebrik saja, namun setelah terjun ke dunia cepe
meter, mereka menjadi dapat merakit pemancar serta modulator sendiri. Mereka banyak belajar pada
senior seniornya. Seperti Kang Jipi (juliet punkrock), dia banyak
belajar saat menjadi breaker dan hingga saat ini dia telah menjadi teknisi TV
dan barang elektro lainnya lebih dari 20 tahun, padahal sebelumnya dia tidak mengerti ilmu
elektronika.
Rasa kekeluargaan dan
kebersamaan.
Rasa persaudaraan dan kebersamaan diantara para breaker
terbentuk dengan sendirinya. Antar breaker sering roundtable saling berkunjung
kerumah breaker lainnya. Disitu mereka ngobrol ngobrol, biasanya yang
dibicarakan seputar pemancar TX sambil ngopi ngopi atau lainnya. Selain on air, pada
komunitas ini juga
sering diadakan acara acara off air, seperti acara buka puasa bersama, halal
bihalal atau ulang tahun seorang breaker. Acara tersebut sekaligus dimanfaatkan
untuk copy darat yaitu saling tatap
muka secara langsung diantara breaker, terutama mereka yang belum pernah
berjumpa di darat namun sering berjumpa di udara. Acara
tersebut dapat menambah rasa kekeluargaan diantara mereka. Pertemuan
seJawa Baratpun pernah beberapakali diadakan.
Tepatnya saya sudah lupa.
DX
DX adalah istilah berkomunikasi (QSO) dengan rekan rekan
yang berada diluar kota. Untuk bisa berQSO dengan rekan luar kota bahkan luar
pulau diperlukan pesawat pemancar yang mempunyai power besar, antene yang bagus
serta propagasi yang terbuka. Namun demikian banyak juga rekan rekan yang
menggunakan pesawat berdaya rendah namun dapat berQSO dengan rekan luar kota.
Pesawat pesawat yang mempunyai daya rendah dapat juga mencapai luar kota jika
antene yang digunakan mempunyai tingkat efisiensi tinggi dan sesuai dengan
frekuensi kerja pemancar. Jenis antenna yang umum digunakan untuk menjelajah
luar kota adalah antene dipole, antene inverted V dan sebagainya. DX atau komunikasi dengan luar kota biasanya
dilakukan pada malam hari mulai jam 9 malam hingga pagi hari, pada siang hari
tidak dapat dilakukan sebab pada siang hari gelombang radio melemah oleh
kekuatan sinar matahari dan. Sebagai kenang kenangan dan bukti bahwa seseorang
telah melakukan kontak dengan rekan luar kota biasanya mereka saling bertukar QSL Card yang dikirimkan melalui Pos .
Sebagai sarana menyampaikan berita.
Karena jaman
dahulu HP belum ada, pesawat telepon masih jarang terutama di daerah pedesaan, Rekan
rekan di 100 M terutama yang sering aktif ber DX ria melakukan kontak dengan
rekan rekan luar kota, sering di minta menyampaikan berita (QTC) baik berita
keluarga, berita duka atau berita lainnya dari masyarakat ke
masyarakat di suatu daerah. Pengiriman berita
melalui rekan breaker ini dianggap lebih efktif dari pada melalui pos
yang memakan waktu lama. Seseorang yang ingin menyampaikan berita dapat
menghubungi breaker. Breaker akan mencari rekan yang mempunyai lokasi berdekatan dengan
alamat berita tujuan, selanjutnya rekan
yang nenerima berita akan menyampaikan pada alamat tujuan atau mencari lagi
rekan yang lebih dekat dengan alamat tujuan.
Rekan rekan,
di cepe meter saya on air sekitar tahun 1985 hingga 1987 menggunakan transmiter
tabung 2 tingkat dengan spesifikasinya oscilator 6AQ5 dan final 6L6 tanpa trafo step up / pudding, skemanya bisa dilihat disini. Jika propagasi sedang terbuka pemancar dapat menjajal
hingga Propinsi Banten dan Jawa Tengah.
Mulai awal
era 90an satu persatu rekan rekan breaker mulai menggantungkan microphone-nya.
Pada tahun itulah TV swasta nasional mulai mengudara hampir 24 jam sehari,
namun pada saat itu signal TV masih lemah sehingga pemancar menginterfensi TV
swasta. Namun demikian mungkin saja ada rekan breaker yang hingga kini masih on air.
Ya selamat berjuang ya….
Teknologi
semakin maju, varco telah berganti dengan keypad ponsel atau keyboard komputer,
kehidupan komunitas AM 100 M tidak mungkin terulang kembali, biarlah sejarah mencatat bahwa kita adalah
salah satu bagian dari pelaku sejarah di komunitas breaker 100 M. Semoga
jalinan pertemanan rekan rekan tidak ikut tenggelam.
Demikian
sekilas tentang kehidupan di dunia AM
100 M mohon maaf jika terdapat banyak kekurangan atau kekeliruan dalam
menyampaikannya sebab sudah sudah lebih dari 25 tahun yang lalu, jadi sudah
pada lupa. Jika rekan rekan ingin mengkoreksi dan menambahkan silahkan tulis
dalam komentar, semoga dapat diambil manfaatnya.
Salam 73 88
cheriooo...