6 September 2012

Kemarau tanpa kekurangan air dengan SIMBAT


Disaat jalan jalan ke Google saya menjumpai artikel yang menurut saya menarik yang ditulis di http://web.pdii.lipi.go.id/in/component/content/article/332-lipi-on-media/1932-musim-hujan-musimnya-menabung-air.html
Menariknya adalah saat ini tengah musim kemarau sehingga persediaan air bersih dibeberapa tempat mengalami kekurangan bahkan tidak ada sama sekali persediaan air bersih yang dapat diambil. Hal ini dikarenakan cadangan air dibawah tanah sudah semakin menyusut.
Kali ini LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia telah melakukan penelitian dengan menginjeksikan air hujan kedalam tanah sehingga diharapkan air ini menjadi tampungan air dalam tanah, yang pada waktu kemarau dapat dimanfaatkan. Teknik ini dinamakan Artificial Storage and Recharge of Groundwater (ASRG), yang dapat disebut juga dengan Simpanan dan Imbuhan Buatan Air Tanah (SIMBAT)
Prinsip SIMBAT adalah memasukkan air tawar yang berasal dari air hujan ke dalam aquifer (air dalam tanah). Metode tahanan jenis ini sangat berperan dalam menunjukkan penyebaran lensa aquifer buatan yang berisi air tawar.
“Pemicunya adalah kolam air yang kemudian diinjeksikan ke lapisan aquifer,” kata Edi Prasetyo Utomo, penemu teknologi tersebut yang dikukuhkan sebagai Profesor Riset LIPI di Jakarta, Jumat 11 November 2011.
Untuk injeksi, dibutuhkan air yang besar antara 1.500 hingga 3.500 meter kubik per hari. Setelah diinjeksi, permukaan air dalam tanah dimonitor secara kontinu.
“Nah, nanti air tanah naik, kemudian disalurkan ke dalam radius sesuai sumber daya injeksi,” tutur Edi. “Dengan teknik ini, suatu daerah tidak akan mengalami kekurangan air. Dari sini, akan diketahui, misalnya daerah ini sumber daya airnya melimpah atau tidak”. Teknik ini telah diaplikasikan disebuah pulau kecil yakni Kapoposan, Sulawesi Selatan.
Daerah pulau kecil sangat terbantukan dengan teknik ini, karena hampir sebagian besar pulau-pulau kecil kurang akan danau dan sungai sehingga daya dukung airnya sangat sedikit dibandingkan dengan kepadatan penduduk yang tinggi,
Teknik ini jika diterapkan daerah perkotaan seperti Jakarta Surabaya akan sangat baik mengingat eksploitasi air tanah secara besar besaran baik oleh warganya serta industr tanpa dibarengi dengan pengisian air.tanah. Hujan yang lebat malah menjadi bencana bagi warga kota sementara di musim kemarau kesulitan mencari air bersih,  Air hujan yang datang tidak dapat meresep kadalam tanah akibat efek dari pembangunan yang merajalela tanpa memikirkan dampak lingkungan. Air hujan dari atap rumah, perkantoran, mall dibuang ke kali atau selokan alhasil selokan yang telah penuh dengan sampah meluap tidak dapat menampung limpahan air hujan yang dibuang dari atap atap gedung.Kalau sudah begini berarti banjir menyergap warga kota.
Mungkin ada baiknya bila setiap bangunan perkantoran, mall, perumahan dan lainya tidak membuang air hujan ke jalan / kali namun menginjeksikan kedalam air tanah mungkin penderitaan datangnya banjir disaat musim hujan akan berkurang dan kekurangan air bersih disaat kemarau akan sedikit teratasi.
Dibeberapa kawasan telah dilakukan dengan pembuatan sumur sumur resapan maupun pembuatan bio pori yang harus terus disosialisasikan  sehinggga permasalahan banjir dan kekurangan air bersih sedikit demi sedikit akan teratasi.

Tidak ada komentar: