19 September 2013

Sampah dan Warga Kota

Warga kota menyimpan sekarung sampah dipinggir kali  

Pertumbuhan penduduk dimuka bumi menghadirkan sejumlah masalah terutama dikota besar. Salah satu masalah yang mencuat adalah penanganan sampah yang belum / tidak pernah optimal. Sampah memang telah menjadi problem bagi warga dimanapun berada, akibat sampah pula ribuan bahkan jutaan orang telah menjadi korban, salah satunya banjir. Banjir diakibatkan oleh luapan air sungai tatkala musim hujan tiba. Air sungai meluap karena sungai dipenuhi sampah. Kita dapat saksikan penumpukan sampah terutama sampah unorganik yang mengakibatkan sungai menjadi dangkal. Banyak warga telah menjadikan sungai sebagai  “tempat sampah” raksasa. Entah sadar atau tidak, sampah yang mereka buang sebenarnya telah menjadi penderitaan bagi warga di daerah langganan banjir.
Sampah bagi kebanyakan orang merupakan musuh yang harus dijauhkan dari lingkungan sekitar mereka. Namun yang keliru adalah sering kali warga membuang sampah sekehendak yang mereka mau, seperti dibuang dipinggir jalan, dibuang kesaluran drainase / sungai bahkan dengan tega disimpan didepan pintu gerbang rumah seseorang
Kenapa orang bertindak demikian. Dalam permasalahan ini sebagian orang beralasan karena mereka sulit membuang sampahnya, sebab di wilayah mereka tidak ada sistim pengelolahan  sampah. Namun sebagian wilayah, ada yang telah dikelola yang biasanya dikoordinir oleh pemerintah setempat  seperti RW., tetapi tidak optimal dalam pengambilannya. Sehingga terpaksa mereka membuangnya kemana saja yang penting dirumah bebas dari sampah.
Padahal sering kita dengar slogan “BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA”. Tetapi pada kenyataannya tempat sampah tidak pernah kita jumpai di tempat umum. Idealnya dalam satu ruas jalan atau suatu wilayah dinas kebersihan bisa menyimpan kontener sampah pada setiap beberapa Km. sehingga warga kota tidak kesulitan dalam membuang sampahnya. Selain itu dinas kebersihan tidak terlalu berat dalam melaksanakan tugasnya. Hal seperti ini sering kita jumpai diluar negeri.
Tidak optimalnya petugas sampah dalam memungut sampah warga bisa dikarenakan berbagai hal. Salah satunya petugas merasa kurang mendapat imbalan yang cukup. Keadaan seperti ini membuat sulit mencari tenaga kerja peugas sampah. Sangat manusiawi jika mereka (para petugas sampah) menginginkan hidup layak. Untuk itu mereka perlu kita bantu, misalnya dengan memilah sampah berdasarkan jenisnya supaya tugas mereka menjadi ringan dan cepat selesai, dengan selesai lebih awal mereka dapat mengerjakan pekerjaan lainnya yang dapat menghasilkan lebih banyak uang bagi mereka. Selain itu jangan sungkan sungkan kita memberi lebih terhadap para petugas agar mereka rajin bekerja. Disetiap kota sampah dikelola oleh dinas tertentu yang khusus menangani kebersihan kota misalnya Dinas Kebersihan, namun jika diperhatikan dinas dinas tersebut sepertinya kewalahan dalam menjalankan tugasnya, sebab seiring dengan pertambahan jumlah penduduk kota, ditambah meningkatnya kegiatan warga kota yang terus meningkat membuat produksi sampah mengalami peningkatan pula. Sehingga dapat kita saksikan disudut sudut kota sampah menumpuk tanpa dapat terangkut.
Pengelolaan sampah di negara kita saat ini masih primitif sebab pengelolaannya masih menggunakan konsep ambil - kumpul - buang ke TPA - selesai. Sehingga masalah sampah di suatu wilayah dapat teratasi, namun menjadi masalah baru bagi wilayah di sekitar TPA. Akibatnya ekosistem disekitar Wilayah TPA  menjadi terganggu. Penumpukan sampah didominasi sampah unorganik dan sampah B3. Pencemaran tanah, air serta udara tidak dapat dihindari lagi, hal ini dapat berakibat sangat buruk bagi kesehatan warga di sekitar TPA.
Pengolahan sampah dengan metode seperti demikian, jika ini terus dibiarkan tanpa dilakukan perubahan pola penanganannya kearah yang lebih baik tentu saja akan menjadi masalah yang serius bagi warga kota termasuk pemerintah. Selain masalah kesehatan yang muncul disekitar TPA, Masalah lainnya adalah cepat atau lambat TPA akan sampai pada titik nol dimana TPA tidak dapat lagi menampung sampah yang dikirim dari kota. Jika sudah begini berarti sampah sampah dari warga kota tidak dapat dikelola kembali dan hasilnya kota menjadi lautan sampah. Semantara untuk membuka lahan TPA yang baru bukan perkara mudah. Biasanya pemerintah kota harus menyewa lahan dengan harga mahal untuk dijadikan lahan TPA. Pembukaan lahan TPA baru sering kali mendapat resistensi dari masyarakat. Masyarakat disekitar tempat yang akan dijadikan lahan TPA sering kali menolak wilayah sekitarnya dijadikan tempat pembuangan sampah.
Guna mencegah kesulitan dalam pengelolaan sampah pada masa mendatang, Mumpung masih ada waktu sebaiknya mulai saat ini secara bertahap harus segera dilakukan perubahan konsep pengelolaan sampah secara modern.
Pengelolaan sampah modern dengan memanfaatkan teknologi, setidaknya akan dapat memperpanjang usia TPA. Sebab jika sebelumnya volume sampah yang dikirim ke TPA dalam sehari bisa mencapai puluhan ton, namun dengan menerapkan konsep pengelolaan sampah modern sampah yang dikirim ke TPA akan jauh berkurang.
Konsep pengelolaan sampah secara modern dengan sendirinya akan mendatangkan perputaran roda perekonomian bagi masyarakat, karena dengan sendirinya akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sebab pengolahan sampah ini akan menyerap banyak orang dalam pengolahannya.

Bagaimana konsep pengolahan sampah modern tersebut?
 Konsep pengolahan sampah modern meliputi pengumpulan – pemilahan – pemanfaatan - pembakaran.
  • Pengumpulan - sampah dikumpulkan dari rumah tangga, jalanan atau tempat publik sebagai produsen sampah.
  • Pemilahan - sampah dipilah berdasarkan jenisnya misalnya pemilahan antara sampah organik dan sampah unorganik, sampah unorganikpun dipilah kembali berdasarkan jenisnya seperti plastik, kaca, logam, botol bekas dan sebagainya.
  • Pemanfaatan  -  Sampah yang telah dipilah tadi kemudian diambil manfaatnya supaya menghasilkan nilai ekonomi bagi pengelola. Sampah organik yang berasal dari tumbuhan dan sampah makanan dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk dengan cara pengomposan. Pupuk pupuk tersebut dapat dijual kepada para petani, pupuk kompos merupakan pupuk organik yang sangat baik, murah dan yang penting sehat karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Sedangkan sampah unorganik seperti plastik atau logam dapat dikumpukan dan dijual kepada pengrajin barang bekas atau bandar bandar yang nantinya akan dikirim ke pabrik sebagai bahan daur ulang.
  • Pembakaran – Sampah yang benar benar tidak dapat dimanfaatkan, dimusnahkan dengan pembakaran bersuhu tinggi menggunakan alat insenerator. Alat ini didesain supaya dapat membakar sampah sampai benar benar hancur menjadi abu. Mesin insenerator ini menghasilkan asap sangat sedikit sehingga pencemaran udara yang ditimbulkan akibat pembakaran tadi dapat diminimalisasi. Jika telah menjadi abu, abu inipun dapat dimanfaatkan lagi misalnya sebagai campuran pembuatan batu bata atau batako, sehingga pengusaha batu bata atau batako dapat menghemat sebagian bahan bakunya.


·    Kalaupun abu dari pembakaran tadi tidak dimanfaatkan sebagai campuran batako, tetapi akan dibuang ke TPA, volume sampah telah berkurang sangat banyak sehingga akan menghemat kondisi di TPA.  Sebagai contoh bila satu TPA yang awalnya hanya mampu untuk menampung sampah sekitar 10 tahun saja, maka dengan menerapkan konsep ini usia pakai TPA akan jauh lebih panjang, mungkin saja hingga 30 sampai 40 tahun kedepan masih dapat digunakan.

Semoga kedepannya pengelolaan sampah terutama sampah perkotaan dapat dilakukan dengan konsep pengelolaan sampah secara modern sehingga harapan akan kota yang bersih menjadi kenyataan.